Tuesday, 1 March 2016

Potensi miRNA dalam Terapi Biologis



Berikut adalah beberapa contoh potensi miRNA dalam terapi biologis di masa depan :

1)  Terapi autoimun
            Terapi autoimun dapat dilakukan dengan cara memanipulasi ekpresi miRNA yang memiliki potensi dalam menghambat reaksi autoimun tanpa menimbulkan efek samping (Love et al., 2008). Salah satu kasus autoimun dapat disebabkan oleh sel T yang merespon antigen self. Hal ini terjadi akibat pada masa perkembangan, sel T yang tidak lolos seleksi terhadap self-nya (Zehn et al., 2006). Salah satu miRNA yang dapat menekan respon sel T yaitu miR-181a (Li et al., 2007). Memodulasi miRNA-181a dapat mempengaruhi regulasi respon sel T. Dengan mengendalikan ambang batas dari aktivitas sel T melalui miRNA181a  pada  targetnya (mRNA sel-sel T perifer) diharapkan dapat menghambat respon autoimun  dan  juga  tetap menjaga kemampuan respon sel T  terhadap patogen (Zehn et al., 2006).
            Selain miR-181a, miR-155 juga menjadi potensi terapi pada penyakit autoimun yang berhubungan dengan peningkatan atau penurunan respon sel T. Dengan menggunakan miR-155 mimetic diharapkan dapat meningkatkan profil sitokin TH1 dan meningkatkan respon sel T. Atau menggunakan antagomiR terhadap miRNA-155 untuk menekan aktivitas miRNA-155 sehingga meningkatkan profil TH2 dan menurunkan respon sel T (Love et al., 2008).

2) Terapi penyakit infeksius
            Salah satu terapi miRNA pada penyakit infeksius yaitu dengan cara menghambat replikasi virus dengan membuat artificial miRNA (amiRNA) yang sifatnya komplemen terhadap mRNA virus sehingga dapat menghambat sintesis protein yang esensial untuk virus.
            Misalnya pada penghambatan replikasi virus rabies yaitu dengan membuat artificial miRNA yang sifatnya komplemen terhadap mRNA protein N virus rabies. Protein N ini penting untuk melindungi genom RNA virus rabies dari degradasi RNase saat proses replikasi dalam sel. Pada penelitian Israsena et al. (2009), dibuat ssDNA oligo komplementer yang mengkode pre-miRNA dan diklon ke vektor plasmid. Kemudian di dalam plasmid akan ditranskripsi artificial miRNA dengan target mRNA protein N virus rabies. Plasmid kemudian  ditransfeksi ke sel yang di-challenge dengan virus rabies. Hasil penelitian menunjukkan penurunan level mRNA  protein N dan level genom virus rabies pada sel yang ditransfeksi artificial miRNA dibanding kontrol (postitif rabies, tanpa amiRNA). Hal ini menunjukkan manipulasi miRNA (dengan artificial miRNA) berpotensi sebagai terapi terhadap penyakit infeksius akibat virus.

3) Terapi penyakit non infeksius
            Salah satu terapi miRNA pada penyakit non infeksius yang berkembang saat ini yaitu pada terapi penyakit-penyakit neurodegenerasi. Terapi miRNA menggunakan artificial miRNA akan menyebabkan gen silencing pada gen-gen  target yang berperan pada perkembangan kejadian penyakit prinsipnya akan dibuat sekuen gen secara artificial yang akan dimasukkan ke vektor yang cocok untuk membawa sekuen gen, misalnya virus. Vektor virus akan menginfeksi sel target dan melakukan replikasi pada nukleus (misalnya sel syaraf), sekaligus akan mengkode pre-miRNA dan transkripsi miRNA yang akan berikatan pada gen targetnya (mRNA) di sitoplasma, sehingga tidak terjadi translasi protein yang berperan dalam perkembangan kejadian penyakit (Boudreaua dan Davidson, 2010).

No comments:

Post a Comment