Berikut adalah
beberapa contoh potensi miRNA dalam terapi biologis di masa depan
:
1) Terapi autoimun
Terapi
autoimun dapat dilakukan dengan cara memanipulasi ekpresi miRNA yang memiliki potensi dalam menghambat reaksi autoimun
tanpa menimbulkan efek samping (Love et
al., 2008). Salah satu kasus autoimun dapat disebabkan oleh sel T yang merespon antigen self.
Hal ini terjadi akibat pada masa perkembangan, sel T yang
tidak lolos seleksi
terhadap self-nya (Zehn et al.,
2006). Salah satu miRNA yang dapat menekan respon sel T yaitu miR-181a (Li et al., 2007). Memodulasi miRNA-181a
dapat mempengaruhi regulasi respon sel T. Dengan mengendalikan ambang
batas dari aktivitas sel T melalui miRNA181a
pada targetnya (mRNA sel-sel T
perifer) diharapkan dapat menghambat respon autoimun dan juga tetap menjaga kemampuan respon sel T terhadap patogen (Zehn et al., 2006).
Selain
miR-181a, miR-155 juga menjadi potensi terapi pada penyakit autoimun yang
berhubungan dengan peningkatan atau penurunan respon sel T. Dengan menggunakan
miR-155 mimetic diharapkan
dapat meningkatkan profil
sitokin TH1 dan meningkatkan respon sel T. Atau menggunakan antagomiR terhadap
miRNA-155 untuk menekan aktivitas miRNA-155 sehingga meningkatkan profil TH2
dan menurunkan respon sel T (Love et al.,
2008).
2)
Terapi penyakit infeksius
Salah satu terapi miRNA pada penyakit infeksius yaitu
dengan cara menghambat replikasi virus dengan membuat artificial miRNA (amiRNA)
yang sifatnya komplemen terhadap mRNA virus sehingga dapat menghambat sintesis
protein yang esensial untuk virus.
Misalnya
pada penghambatan replikasi virus rabies yaitu dengan membuat artificial miRNA
yang sifatnya komplemen terhadap mRNA protein N virus rabies. Protein N ini
penting untuk melindungi genom RNA virus rabies dari degradasi RNase saat proses
replikasi dalam sel. Pada penelitian Israsena
et al. (2009), dibuat ssDNA oligo komplementer yang mengkode pre-miRNA dan diklon ke vektor plasmid. Kemudian di dalam
plasmid akan ditranskripsi artificial miRNA dengan target mRNA protein N virus
rabies. Plasmid kemudian ditransfeksi
ke sel yang di-challenge dengan virus rabies. Hasil penelitian
menunjukkan penurunan level mRNA protein
N dan level genom virus rabies pada sel yang
ditransfeksi artificial miRNA dibanding kontrol (postitif rabies, tanpa amiRNA).
Hal ini menunjukkan manipulasi miRNA (dengan artificial miRNA) berpotensi
sebagai terapi terhadap penyakit infeksius akibat virus.
3)
Terapi penyakit non infeksius
Salah
satu terapi miRNA pada penyakit non infeksius yang berkembang saat ini yaitu
pada terapi penyakit-penyakit neurodegenerasi. Terapi miRNA menggunakan artificial miRNA akan
menyebabkan gen silencing pada
gen-gen target yang berperan pada perkembangan
kejadian penyakit
prinsipnya akan dibuat sekuen gen
secara artificial yang akan dimasukkan ke vektor yang cocok untuk membawa
sekuen gen, misalnya virus. Vektor
virus akan menginfeksi sel target dan melakukan replikasi pada nukleus (misalnya sel syaraf), sekaligus
akan mengkode pre-miRNA dan transkripsi miRNA yang akan berikatan pada gen
targetnya (mRNA) di sitoplasma,
sehingga tidak terjadi translasi protein yang berperan dalam perkembangan kejadian penyakit (Boudreaua dan Davidson, 2010).
No comments:
Post a Comment