Peningkatan produktivitas keju, terkait dengan
penanganan dan pemasakan (maturasi) keju untuk menghasilkan rasa, aroma dan
tekstur yang berkualitas, menjadi parameter yang sangat penting dalam industri
pembuatan keju. Kapsulasi enzim protease merupakan salah satu cara untuk mempercepat
pemasakan keju. Dalam pembuatan keju, kapsulasi enzim protease melindungi kerusakan enzim dan mencegah penurunan
konsentrasi enzim protease pada tahap pemasakan. Penggunan fraksi lemak
dengan titik lebur yang tinggi untuk kapsulasi enzim bersifat lebih stabil dan
bersesuaian dengan suhu maturasi pada pembuatan keju Cheddar. Selain itu bahan yang dapat digunakan untuk kapsulasi
enzim adalah food gum atau senyawa hidrokoloid
hidrofilik, yang dalam aplikasinya menunjukkan kemampuan untuk mempercepat pemasakan
dalam proses pembuatan keju Cheddar. Food gum mempunyai kemampuan dalam
immobilisasi sel hidup dan enzim. Kapsul enzim dari bahan gum dapat dengan mudah dipreparasi, murah, tersedia dalam jumlah
banyak, dan mempunyai kompatibilitas biologis yang tinggi, sehingga aman untuk
dikonsumsi. Sumber gum
yang dapat digunakan untuk kapsulasi enzim protease antara lain gellan dan K-Carageenan.
Parameter yang dikaji dalam paparan ini adalah kecepatan pemasakan keju dan
dampaknya terhadap rasa, aroma, dan tekstur keju yang dihasilkan. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam kapsulasi enzim protease untuk mempercepat pemasakan keju dijelaskan sebagai berikut.
- Preparasi kapsul gum
Metode yang digunakan mengacu pada metode
Audet dan Lacroix (1989) dan Arnaud dan Lacroix (1991). Polimer
gum dari gellan dan K-Carageenan
disuspensikan, kemudian diemulsikan hingga teremulsi sempurna, selanjutnya dicampur
dengan Flavourzyme dan dikentalkan
hingga membentuk gel.
Efisiensi kapsulasi enzim protease
ditentukan dengan membedakan aktivitas proteolitik enzim, menggunakan substrat
berupa kasein. Aktivitas proteolitik enzim ditentukan oleh presipitasi asam amino
dan peptida terlarut, sebagai hasil
reaksi antara kasein dengan TCA (asam trikloroasetat).
Keju yang digunakan sebagai kontrol dibuat dengan
mengacu pada metode Australian Society of
Dairy Technology (1977) dengan menggunakan susu pasteurisasi dan starter Lactococcus lactis dan L. cremoris, serta rennet anak sapi.
Kontrol dibandingkan dengan keju yang mendapat perlakuan berupa tambahan enzim protease
yang sudah dikapsulasi dengan 3 bahan yang berbeda, yaitu gelllan dan K-carageenan
Retensi kapsul enzim protease dalam dadih keju ditentukan secara
tidak langsung melalui pengukuran kuantitas kapsul yang hilang dalam whey keju. Volume total whey keju yang diperoleh selama pembuatan
keju dikumpulkan dan disaring dengan saringan stainless steel 120 micron.
Kapsul yang didapatkan pada saringan diukur dalam silinder 50ml. Retensi kapsul
enzim protease ditunjukkan dengan persentase total volume kapsul yang dihasilkan dalam
dadih keju
Kandungan lemak keju ditentukan dengan uji
Babcock. Kadar air diukur dengan metode pengeringan oven. Total protein
ditentukan dengan metode semi-micro Kjeldahl. Kandungan garam NaCl ditentukan
dengan metode Volghard, mengacu pada Bartels et al (1987).
Degradasi kasein selama pemasakan keju
dievaluasi setelah 1 hari, 2, 4,8,12, dan 16 minggu dengan menggunakan metode High
Performance Capillary Electrophoresis (HPCE).
Proteolisis dalam pemasakan keju diamati
dengan pengukuran asam amino bebas menggunakan asam trinitrobenzenesulfonat
(TNBS), mengacu pada metode Polychroniadou (1988). Konsentrasi asam amino bebas
ditunjukkan dengan konsentrasi glisin dalam mg/ml.
Analisis profil tekstur keju mengacu pada
metode Raphaelides, Antoniou, dan Petridis (1995) dengan mengamati tingkat kekeringan
permukaan blok keju yang terendah.
Sampel yang dihasilkan diuji oleh panelis
untuk mengetahui rasa dan aroma,
mengacu pada metode Muir et al (1995).
Berdasarkan hasil penelitian Kaisalapathy (2009),
kecepatan kapsulasi dari tiap bahan berturut –turut, 48.2% untuk gellan dan 55.6% untuk K-Carageenan. Enzim dengan kapsul gum yang ditambahkan pada susu dalam
pembuatan keju mampu meningkatkan kadar air keju lebih tinggi dibandingkan keju
kontrol. Degradasi kasein (β) yang diamati dengan metode HPCE menunjukkan semua
keju yang diperlakukan dengan enzim terkapsulasi memiliki kecepatan proteolisis
yang lebih tinggi dibandingkan dengan keju kontrol, selama periode pemasakan.
Tekstur keju dan kualitas sensori tidak berbeda nyata untuk setiap bahan kapsul
enzim. Perbedaan tekstur dan kualitas sensori antara keju yang mendapat
perlakuan dibandingkan dengan kontrol, menunjukkan hasil yang konsisten dengan pelepasan enzim protease dari kapsul.
No comments:
Post a Comment