Sistem imun mukosa merupakan 80% dari
semua imunosit tubuh pada orang sehat. Imunitas mukosa merupakan sistem imun innate
yang melibatkan netrofil fagositik dan makrofag, sel dendritik, sel NK (natural
killer), dan sel mast. Sel-sel ini
terakumulasi di dalam maupun di antara berbagai Mucosa-Assosiated
Lymphoid Ttisssue (MALT), yang bergabung membentuk sistem organ limfoid
terbesar pada Mammalia. Sel-sel ini berperan dalam eliminasi patogen dan inisisasi
respon imun adaptif.
Organ-organ yang terlibat dalam Sistem Imun Mukosa
Organ pertama yang terlibat dalam sistem imun adalah Intestinum. Respon imun pada organ intestinum diawali
oleh sel M (microfold cells) yang berlokasi di epitel yang melapisi
folikel MALT. Folikel ini berisi sel B, sel T dan antigen-presenting cel (APC) yang dibutuhkan dalam
pembentukan respon imun. Sel M bertugas untuk
mengambil dan membawa antigen yang berada dalam lumen. Antigen yang
berada di dalam lumen organ, akan berinteraksi dengan sel epithelial abortif
dan sel epitelial spesifik pada mukosa induktif. Selanjutnya antigen dibawa
atau langsung ditangkap oleh APC. APC
terdiri dari : sel dendritik (DC), sel limfosit B dan makrofag. Antigen akan
dipresentasikan kepada sel T sitolitik (CD4+)
dan T helper (CD8+). Beberapa antigen dapat langsung diproses dan
dipresentasikan oleh sel epitelial kepada sel T intraepitelial tetangga (neighboring
intraepithelial T cells) meliputi sel T dengan limited resevoire
diversity (sel T γδ dan sel NK). Respon imun mukosa dipengaruhi oleh
karakteristik antigen, tipe APC yang terlibat dan lingkungan mikro lokal. Untuk
antigen yang bersifat non patogen (protein makanan), jalur normal untuk sel
dendritik mukosa dan APC lain melibatkan
sel T helper II dan respon berbagai sel T regulator. Mekanisme ini menghasilkan
supresi aktif dalam imunitas sistemik.
Organ kedua yang terlibat dalam
sistem imun mukosa adalah paru-paru. Sel-sel imun terasosiasi dalam Nose
Associated Lymphoid Tissue (NALT), Larynx Associated Lymphoid Tissue (LALT),
dan Bronchus Associated Lymphoid Tissue (BALT). Sel APC dalam paru-paru terdiri
dari sel dendritik submukosa dan interstitial, serta makrofag alveolus. Makrofag alveolus merupakan
85% sel dalam alveoli, sedangkan sel dendritik hanya 1%. Makrofag alveolus ini
merupakan APC yang lebih lemah dibandingkan sel dendritik. Makrofag alveolus paling banyak terdapat pada
alveolus, terkait dengan peran
pentingnya untuk melindungi saluran nafas dari proses inflamasi pada keadaan normal. Pada saat
antigen masuk, makrofag alveolus akan mempengaruhi tingkat aktivitas atau
maturasi sel dendritik dengan melepaskan sitokin. Sel dendritik akan menangkap
antigen, kemudian memindahkannya ke organ limfoid lokal. Setelah melalui proses
maturasi, sel dendritik akan memilih limfosit yang spesifik terhadap antigen tersebut dan
menginduksi proses imun selanjutnya.
Organ ketiga yang terkait dengan sistem imun mukosa
adalah urogenital. Salah satu contoh antigen yang menginfeksi organ urogenital wanita adalah virus herpes simplek (HSV). HSV
akan menginduksi mukosa vagina untuk memberikan efek protektif respons imun innate
berupa :
(i) sekresi protein, komplemen dan defensin
(ii) respon awal
terhadap virus oleh sel epitel dan sel dendritik khas ditandai dengan produksi interferon, yang selanjutnya
mengawali respons imun adaptif
(iii) rekruitmen sel efektor seperti
neutrofil, makrofag dan sel NK.
Peran Sel Dendritik dalam Sistem Imun Mukosa
Sistem
imun mukosa melibatkan peran penting sel dendritik. Sel dendritik
berada pada jaringan spesifik tubuh, yaitu di hati, plak payeri, mukosa
intestinal dan paru-paru. Sel dendritik berperan penting dalam
mengontrol aktivasi, pertahanan, dan ekspansi sel regulator dalam sistem
imun mukosa. Sel B maupun sel T yang tersensitisasi antigen, akan bergerak melalui
kelenjar limfe, masuk ke sirkulasi darah, dan kemudian menempatkan diri pada mukosa
terseleksi, yakni pada mukosa yang menjadi tempat untuk berdiferensiasinya sel
– sel tersebut menjadi sel plasma dan sel memori, membentuk Imunoglobulin A
(IgA) sekretori. Afinitas sel-sel ini dipengaruhi oleh protein integrin pada tempat
spesifik (homing reseptors) permukaannya dan reseptor jaringan
spesifik komplementer (adressin) pada sel endotel kapiler. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa sel dendritik mukosa dapat mempengaruhi ekspresi reseptor homing. Sel dendritik dari plak payeri dan limfonodi mesentrik, (kecuali sel dendritik
dari limfa dan perifer) akan meningkatkan ekspresi reseptor homing mukosa α4β7 dan reseptor CCR9, yaitu suatu reseptor untuk aktifasi gut-assosiated chemokine sel
T memori dan sel T CD8+ memori pada sel epitel intestinal. terdapat sel dendritik imprinting of gut homing specifity
terdiri dari retinoid acid yang diproduksi oleh sel dendritik
intestinal tetapi tidak oleh sel dendritik limfoid lain. Hal ini menunjukkan
karakteristik sistem imun mukosa yang mampu mengaktifasi sel imun lain pada
daerah yang letaknya jauh dari sel imun terinisiasi, melalui imunitas sistemik.
No comments:
Post a Comment