Eksotoksin Bakteri
simbion NPS merupakan kompleks toksin yang disekresikan bakteri simbion NPS
untuk membunuh serangga inang, setelah NPS berhasil penetrasi ke dalam tubuh
inang. Eksotoksin berperan penting dalam menyediakan nutrisi dan reproduksi
NPS. Jika dibandingkan dengan endotoksin yang dihasilkan oleh bakteri Bacillus thuringiensis, eksotoksin NPS
memiliki kisaran serangga inang yang lebih luas, yaitu mampu mengendalikan
serangga dari ordo Lepidoptera, Coleoptera, Homoptera, dan Dictyoptera dengan
tingkat patogenitas yang tinggi (Bowen et
al., 1998).
Berdasarkan hasil
penelitian Mahar et al. (2005)
eksotoksin yang diekstraksi dari Xenorhabdus
nematophila mampu membunuh larva ulat ngengat lilin (Galleria melonella) sebesar 95% dalam waktu 4 hari. Eksotoksin ini
diekstrak
dari X. nematophilla yang berasal
dari dalam tubuh G. melonella yang
mati setelah 6 hari perlakuan menggunakan NPS Steinernema carpocapsae dengan mortalitas 93%. Untuk eksotoksin
yang diekstrak dari Xenorhabdus
nematophila dengan kepadatan sel sebesar 4x10 sel/ mL, mampu membunuh 100 %
larva uji. Hal ini menunjukkan, ekstrak eksotoksin memberikan efek yang lebih
kuat dan cepat terhadap mortalitas serangga uji. Selain itu berdasarkan
penelitian Wartono dan Tri Puji (2009), eksotoksin Photorhabdus
luminescens yang diperbanyak melalui medium LB,
toksisitasnya mencapai 100% terhadap mortalitas larva uji.
Berdasarkan analisis
sekuen gen bakteri Xenorhabdus dan Photorhabdus, kedua organisme memiliki
gen toksin kompleks (tc) yang berada
pada lokus yang berbeda. Kompleks toksin disusun oleh kelas protein yang
berbeda bedasarkan kemiripan sekuen dan ukuran molekulnya, yaitu protein A (280
kDa), B (170 kDa), dan C (110 kDa). Protein A merupakan kelas protein yang
paling bertanggung jawab terhadap sitotoksisitas bakteri berhadap serangga
inang melalui pengikatan enzim-enzim sel tubuh serangga, sedangkan protein kelas
B dan C berperan dalam meningkatkan sitotoksisitas protein kelas A (Mahar et
al., 2005).
Secara lebih spesifik,
kompleks protein toksin pada Xenorhabdus
adalah Xpt A2, Xpt B1, dan Xpt C1. Sedangkan kompleks protein toksin pada
Photorhabdus adalah TcaA1, TcdB2, dan TccC3. Protein kelas B dan kelas C yang
berasal dari Xenorhabdus maupun Photorhabdus dapat dibuat hibrid. Hibrid
hasil kombinasi dari kedua bakteri simbion ini menunjukkan toksisitas yang
lebih tinggi dibandingkan kompleks toksin dari masing-masing bakteri simbion
(Sheets et al., 2011), sehingga
diharapkan dapat meningkatkan patogenitas yang lebih tinggi sebagai
bioinsektisida terhadap populasi serangga hama.
No comments:
Post a Comment