Gen pada kromosom yang berada di dalam sel autosom manusia yang bersifat diploid,
terdiri dari pasangan alternatif sequen nukleotida yang disebut
sebagai alel. Alel satu dibedakan dari alel yang lain berdasarkan
perbedaan sekuen nukleotida, sehingga membentuk variasi genetik.
Adanya variasi genetik pada setiap individu dapat mempengaruhi
struktur dan fungsi protein yang diekspresikan. Adanya ekspresi
protein fungsional yang dipengaruhi oleh variasi genetik menjadi
kajian dalam farmakogenetik, khususnya ekspresi gen-gen yang terlibat
dalam metabolisme obat (Robinson, 2003; Limdi and Veenstra, 2009).
Faktor
genetik berpengaruh sebesar 20-95% terhadap variabilitas disposisi obat pada
individu, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh usia, fungsi organ,
kesesuaian terapi, interaksi antar obat, dan karakteristik penyakit.
Pada saat obat dikonsumsi, diserap dan didistribusikan pada sisi
aksinya, obat akan berinteraksi dengan target (reseptor dan enzim),
kemudian diekskresikan. Penelitian di bidang farmakogenetik terkait peran enzim yang berperan pada metabolisme suatu obat, termasuk
transpor membran yang mempengaruhi absorbsi, distribusi, dan
ekskresi obat berperan penting dalam membantu memprediksi
keberhasilan terapi suatu penyakit (Ingelman-Sundberg, 2004).
Variasi
gen antar individu dalam respon terhadap obat telah banyak
dipelajari, namun kapasitas untuk memprediksi keamanan dan efikasi
dosis standar obat masih relatif rendah. Pada umumnya pengobatan
standar yang diberikan hanya memberikan efek terapeutik sebesar 50%
dari total populasi pasien, sedangkan 50% pasien yang lain mengalami
underdosis
yang menyebabkan pasien tidak mendapatkan efek terapeutik dari suatu
obat secara optimal atau overdosis
yang menyebabkan pasien menderita keracunan obat. Hal ini sangat
berisiko terutama untuk terapi yang menggunakan obat-obat dengan indeks
terapi yang sempit, antara lain obat anti kanker, anti koagulan, dan
obat-obat psikoaktif tertentu (Crettol et
al.,
2010).
Sitokrom
P450 atau CYP450 merupakan enzim yang terlibat dalam jalur
metabolisme utama untuk senyawa obat dan substansi yang lain. Pengetahuan
mengenai substrat, inhibitor, dan inducer enzim CYP450 dan bagaimana
satu obat mempengaruhi kinerja obat lain melalui sistem ini dapat
membantu prediksi terjadinya efek samping obat yang tidak diinginkan
(Adverse
Drug Interaction/ADI)
yang serius (Ishizaki, 2002). Adanya variasi genetik menyebabkan
perbedaan ekspresi enzim CYP450 pada setiap individu, sehingga enzim
diekspresikan dalam jumlah yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Interaksi obat dapat terjadi pada saat dua obat atau lebih yang
diregulasi oleh enzim yang sama terjadi secara bersamaan, sehingga
terjadi penurunan atau peningkatan aktivitas enzim CYP450 tertentu
yang menjadikan metabolisme obat menjadi lebih lambat (poor
metabolizer/PM)
atau lebih cepat (ultra
rapid metabolizer/UM)
dibandingkan metabolisme normal (excessive
metabolizer/EM).
Hal ini berpengaruh terhadap efikasi dan toksisitas obat pada tiap
individu (Fieldhouse, 2000; Johnson and Evans, 2002 ).
Enzim
CYP450 yang mempengaruhi kecenderungan individu memiliki fenotip
pemetabolisme cepat maupun pemetabolisme lambat antara lain termasuk dalam subfamili CYP2C, yaitu CYP2C9
dan CYP2C19.
Kedua enzim ini diekspresikan dalam hepar. Enzim CYP2C9 terlibat dalam
metabolisme 10 % obat, sedangkan enzim CYP2C19 terlibat dalam
metabolisme 20% obat. Prevalensi polimorfisme gen yang mengkode kedua
enzim ini pada populasi negara-negara di Asia lebih tinggi
dibandingkan gen yang mengkode enzim CYP450 yang lain.
Frekuensi
varian kedua gen ini bervariasi pada tingkat populasi ras dan suku
yang berbeda. Sebagai contoh, frekuensi varian gen CYP2C9
pada ras kaukasia (Eropa) sekitar 20 %, pada ras negroid
(Afrika-Amerika) sekitar 6% (Scordo et
al.,
2001), dan pada populasi ras oriental (Asia) sebesar 3 % (Yoon et
al.,
2000 ; Yang et
al.,
2010), sedangkan frekuensi varian gen CYP2C19
pada ras kaukasia sekitar 6% dan 1% pada ras negroid
(Afrika-Amerika). Frekuensi yang lebih tinggi terdapat pada ras Asia
dibandingkan kaukasia, yaitu sebesar 19% untuk Jepang, 15 % untuk
China, dan 13 % untuk Korea (Sohn, 2002).
No comments:
Post a Comment