(Maurel et al., 1991)
Bakteri tanah Agrobacterium rhizogenes mampu menginduksi penyakit hairy root pada akar tanaman melalui transfer fragmen DNA (Ri T-DNA) yang terdapat pada plasmid inducing root (pRi). Proliferasi tunas akar pada sisi terinfeksi menunjukkan ekspresi gen Ri T-DNA memberikan efek seperti auksin (auxin-like effect). Gen biosintesis auksin telah diidentifikasi berada pada TR-DNA strain agropine (A4). Beberapa penelitian menunjukkan, A. rhizogenes pada pertumbuhan akar tembakau transgenik bersifat lebih sensitive terhadap auksin, dibandingkan dengan tembakau normal. Hal ini menunjukkan bahwa gen Ri T-DNA menginduksi proliferasi dari sel akar yang mengalami transformasi. Gen dari pRi A4 T-DNA yang bertanggung jawab terhadap induksi hairy root pada tembakau adalah rol A, B, dan C. Masing-masing gen mampu memodifikasi sendiri perkembangan tanaman tembakau. Gen rol A dan B berperan penting dalam menginduksi transformasi sel akar menjadi abnormal. Berdasarkan hasil former test, gen tunggal rol meningkatkan sensitivitas protoplast mesofil terhadap auksin.
Bakteri tanah Agrobacterium rhizogenes mampu menginduksi penyakit hairy root pada akar tanaman melalui transfer fragmen DNA (Ri T-DNA) yang terdapat pada plasmid inducing root (pRi). Proliferasi tunas akar pada sisi terinfeksi menunjukkan ekspresi gen Ri T-DNA memberikan efek seperti auksin (auxin-like effect). Gen biosintesis auksin telah diidentifikasi berada pada TR-DNA strain agropine (A4). Beberapa penelitian menunjukkan, A. rhizogenes pada pertumbuhan akar tembakau transgenik bersifat lebih sensitive terhadap auksin, dibandingkan dengan tembakau normal. Hal ini menunjukkan bahwa gen Ri T-DNA menginduksi proliferasi dari sel akar yang mengalami transformasi. Gen dari pRi A4 T-DNA yang bertanggung jawab terhadap induksi hairy root pada tembakau adalah rol A, B, dan C. Masing-masing gen mampu memodifikasi sendiri perkembangan tanaman tembakau. Gen rol A dan B berperan penting dalam menginduksi transformasi sel akar menjadi abnormal. Berdasarkan hasil former test, gen tunggal rol meningkatkan sensitivitas protoplast mesofil terhadap auksin.
Dalam artikel ini dikaji
mengenai perbandingan sensitivitas akar tanaman tembakau normal dengan tembakau
transgenik yang mengalami transformasi T-DNA dari pRi A4 yang
melibatkan tiga gen , yaitu rol A, B,
dan C. Selain itu dikaji pula perbedaan potensial transmembran protoplast dan
pembelahan sel.
Auksin berpengaruh terhadap morfologi akar tembakau transgenik berupa elongasi dan
ekstrusi H+ pada ujung akar yang menampakkan hairy root. Peningkatan sensitivitas juga ditunjukkan pada tingkat
seluler melalui protoplast hairy root
pada respon elektrik terhadap auksin. Auksin menginduksi hiperpolarisasi yang
diukur pada protoplast mesofil tembakau. Nilai Em yang rendah dari
protoplast dan amplitudo yang juga
rendah dalam respon auksin pada protoplast akar, seperti dalam penelitian
terhadap Catharantus roseus, meningkatkan
polarisasi inisial protoplast dan intensitas respon auksin.
Peningkatan tunas rhizogenesis
dalam tembakau oleh gen rol tunggal menunjukkan efisiensi gen B > A > C
melalui percobaan inokulasi daun. Klasifikasi analog ditentukan berdasarkan
pengaruh gen rol terhadap
sensitivitas auksin terhadap respon elektrik protoplast mesofil. Korelasi
antara kapasitas pembentukan akar dan sensitivitas terhadap auksin protoplast
diamati dengan menggunakan model tanaman tembakau non rooting auxin-resistant. Kenaikan sensitivitas terhadap auksin
dari sel yang ditrasformasi A. rhizogenes
menjadikan kenaikan kapasitas pembentukan akar.
Pengaruh kuantitatif perbedaan
gen rol pada protoplast terhadap
sensitivitas auksin dan pada rhizogenesis, mungkin menunjukkan perbedaan
tingkat ekspresi gen. Regulasi promoter rol
pada protoplast mesofil tembakau menunjukkan,
adanya molekul NAA mengoptimalkan ekspresi rol
B. Sensitivitas dari auksin pada protoplast rol
B-transformed berkorelasi dengan ekspresi rol B. Peran tingkat ekspresi gen rol juga ditunjukkan dengan perbedaan sensitivitas auksin antara
protoplast yang mengekpresikan protein rol
C, dengan menggunakan kontrol rol
C atau promoter 35SCaMV. Sensitivitas
hormonal dari rol C lebih rendah dari
peran rol B, sehingga prduk gen rol punya potensi yang berbeda terhadap
sensitivitas auksin.
Pengaruh pleiotropik dari
salah satu gen rol pada beberapa
fungsi seluler menyebabkan sensitivitas terhahadap auksin, sehingga berimplikasi
pada morfogenesis. Penerimaan dan transduksi signal auksin dapat mempengaruhi
respon auksin dalam jangka pendek (< 2 menit) atau jangka panjang (24 jam) untuk
membentuk hairy root. Protoplast Ri-transformed mungkin menaikkan jumlah
sisi plasmalemma yang dikenali antibodi
untuk bersaing dengan auksin-binding protein.
Berlawanan dengan pengaruh
sensitivitas auksin pada respon elektrik protoplast, keseluruhan Ri T-DNA,
hanya gen rol B yang mengekspresikan gen CaMV-C dan tidak memodifikasi
pembelahan sel sebagai respon hormon. Auksin mengendalikan pembelahan sel dalam
jangka panjang dan mekanismenya tergantung pada metabolisme auksin Hasil perbandingan
sel yang ditrasformasikan Ri berbeda dengan perbandingan antara tembakau mutan
yang resisten auksin dengan wild type.
Auksin menginduksi hiperpolarisasi protoplast dan pembelahan sel, hal ini
mengindikasikan mutan mengalami pengurangan sensitivitas terhadap auksin. Hasil
ini menunjukkan adanya reseptor yang sama yang terlibat dalam respon permukaan
sel jangka pendek dan pembelahan sel jangka panjang. Adanya perbedaan jalur penerimaan
transduksi auksin, berimplikasi dalam peran auksin untuk mengendalikan
pembelahan sel dan elongasi sel, serta rhizogenesis. Berbagai binding site untuk auksin yang
menggambarkan karakterisasi fungsional masih belum diketahui.
Selektivitas gen rol yang mempengaruhi
respon auksin mungkin berperan dalam kesesuaian transformasi Ri dengan
perkembangan tanamanan secara keseluruhan. Gen rol B meningkatkan sensitivitas
auksin protoplast 104 kali pada wild type, tetapi tanaman mutan gen rol B berkembang dengan normal selama morfogenesis. Perubahan
fenotipe yang disebabkan transformasi tembakau dengan CaMV-B menunjukkan
kontrol ekspresi gen rol B yang baik sangatlah penting. Viabilitas tanaman
dapat dijelaskan melalui pengendalian auksin dalam pembelahan sel. Adanya
proses morfogenesis yang normal, dapat menunjukkan fungsi gen rol B yang efektif.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mutasi gen mempengaruhi respon seluler pada
fitohormon. Adanya gen rol tunggal A.
rhizogenes TL-DNA mampu meningkatkan sensitivitas protoplast
terhadap auksin
No comments:
Post a Comment