1. Struktur genom dan siklus hidup
Virus
Semliki Forest (SFV) merupakan anggota genus Alphavirus, famili Togaviridae.
Virus ini menginfeksi hewan-hewan vertebrata dan melangsungkan replikasi pada
sitoplasma sel inang yang diinfeksi. Virus ini dicirikan dengan genom RNA
positif untai tunggal, yang tersusun dari 12.000 nukleotida. Genom tersusun
dari ujung 5’ (capped) dan
poliadenilasi pada ujung 3’. Genom virus ini secara langsung berperan sebagai
mRNA yang mengkode protein polisistronik yang membelah menjadi 4 protein non
struktural (nsP1-4). Protein ini berasosiasi dengan faktor seluler dan
membentuk kompleks replikase. Kompleks ini memediasi replikasi genom dengan
mengubah untai positif menjadi untai negatif yang sangat panjang dan efisien
untuk menghasilkan RNA genomik yang baru dan subgenom RNA yang kedua dalam
proses autokatalitik. Subgenom RNA mengkode protein struktural yang menjadi
prekursor nukleokapsid. Replikasi virus ini sangat efisien, yaitu mencapai 105
virion per sel, dengan dibantu oleh perangkat replikasi dari sel inang
(Machida, 2003).
2. Strategi pembuatan vektor SFV untuk terapi gen
Pada
pembentukan protein rekombinan SFV, gen viral yang bersifat struktural diganti
oleh transgen. Setelah transfeksi atau elektroporasi ke sel traget, molekul RNA
bereplikasi dan memproduksi protein rekombinan dalam jumlah yang banyak. Sistem
SFV rekombinan juga termasuk konstruksi tambahan yang menyediakan protein
struktural in trans, yang
memfasilitasi produksi rekombinan partikel virus untuk transfer gen yang lebih
efisien (Lundstorm et al., 2001).
Tahap
pembuatan vektor SFV untuk terapi gen menurut Machida (2003) meliputi :
1. Pembuatan plasmid rekombinan SFV
Vektor
plasmid pSFV1 dan pSFV3 yang terdiri dari multiple
cloning site minimal, dengan sisi pemotongan enzim restriksi Sma I, Xma I,
dan Bam H1. Template Plasmid dilinearkan dengan Spe I sebelum sintesis RNA.
2. Sintesis RNA SFV
Untuk
menghasilkan virus transgen SFV rekombinan, 2 RNA SFV yaitu transgen SFV dan
SFV-helper 2 harus disintesis secara in vitro menggunakan plasmid sebagai
template. Sintesis RNA menggunakan RNA polimerase SP6 dan menghasilkan RNA
dengan ujung 5’, seperti mRNA di dalam sel inang. Karena transkripsi oleh SP6
polimerase menghentikan sintesis, maka template plasmid harus dilinearkan
dengan terminasi 3’RNA terlebih dahulu.
3. Pembentukan Virion SFV
Virion SFV
diproduksi dalam sel BHK-21, menggunakan elektroporasi simultan dari transgen
SFV dan SFV-helper 2. Produksi selama 24 jam menghasilkan virion dengan kondisi
inaktif karena modifikasi protein kapsidnya dan menjadi aktif dengan perlakuan
kimotripsin
4. Titrasi stok SFV
Apabila
vektor mengandung gen marker yang dapat dideteksi, seperti lac Z atau GFP,
vektor dapat dititrasi melalui transduksi sel BHK-21 dengan seri pengenceran
virus melalui warna biru pada sel setelah pengecatan XC-gal (lac Z)atau adanaya
fluoresen pada flow sitometer (GFP). Apabila vektor tidak membawa marker gen
yang dapat dideteksi, titer virus dibedakan dengan metode dot-blot virion utuh
dan memebutuhkan jumlah titer yang lebih banyak. Pada saat hibridisasi signal
dari strok SFP yang dihasilkan dibandingkan dengan stok refereansi, maka titer
atau jumlah genom RNA dapat diperkirakan.
5. Transduksi Rekombinan virus SFV ke sel target
Sel target
ditumbuhkan dalam medium pertumbuhan yang sesuai. Virus transgen SFV diaktivasi
dengan penambahan kimotripsin, CaCl2, kemudian diinkubasikan.
Protease virus diinaktivasi dengan Aprotinin, kemudian disimpan dalam es.
Selanjutnya sel target dipisahkan dari medium dan dicuci dengan PBS yang
mengandung ion Mg dan Ca. Kemudian virus rekombinan dimasukkan dalam plate sel
target hingga hampir menutupi permukaan sel dan diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 37oC. Selanjutnya dilakukan analisis ekspresi transgen.
SFV sebagai
anggota dari Alphavirus berpotensi sebagai vektor virus terapi gen. SFP
mempunyai kisaran inang yang luas, mampu bereplikasi secara efisien di dalam
sitoplasma sel inang, mempunyai kapasitas gen yang dapat disisipkan sebesar 5
Kb, dan kemampuan menghasilkan protein rekombinan dalam jumlah banyak. SFV mempunyai tingkat ekspresi transgen yang
cepat, ekspresi temporal, dan destruksi sel target yang dapat dikendalikan. Stok
partikel virus yang digunakan untuk menginfeksi kultur cell line dapat diaplikasikan secara in vivo tanpa purifikasi.. Namun untuk ekspresi jangka panjang,
penggunaan SFV kurang sesuai sebab data hibridisasi in situ menunjukkan adanya perubahan karakteristik ekspresi gen (Piver
et al., 2004).