1. Struktur genom dan siklus hidup
Lentivirus
merupakan anggota subkelas Retrovirus, famili Retroviridae. Lentivirus
mempunyai tiga gen utama yang mengkode protein viral, yaitu 5’-gag-pol-env-3’.
Protein hasil ekspresi gen pol berupa enzim viral yang terlibat pada awal tahap
replikasi adalah reverse transkriptase dan integrase. Reverse transkriptase
(RT) merupakan DNA polimerase viral yang bersifat RNA-dependent. Enzim tersebut digunakan oleh genom RNA viral untuk
sintesis kopi cDNA. RT juga mempunyai aktivitas RnaseH untuk mendestruksi
template RNA (Machida, 2003).
Lentivirus
bersifat lebih kompleks dibandingkan Retrovirus, sebab mempunyai 6
jenis protein asesoris, yaitu : Tat, Rev, Vpr, Vpu, Nef, dan Vif. Komposisi gen
asesoris berbeda pada setiap tipe Lentivirus tergantung pada produk yang
dihasilkan untuk regulasi sintesis dan pemrosesan RNA viral, serta fungsi
replikatif yang lain. Adanya protein integrase dan protein Vpr yang terdiri
dari sekuen signal berperan penting untuk proses lokalisasi di dalam nukleus.
Integrasi virus dengan sel inang melalui protein Vpr yang berikatan secara langsung dengan
kompleks pori nukleus, kemudian protein masuk melalui membran nukleus, menuju
nukleus dan melangsungkan reverse transkripsi untuk menghasilkan cDNA.
Selanjutnya integrase akan berikatan dengan cDNA viral yang dihasilkan oleh RT
dan DNA inang. Aktivitas LTR oleh integrase diawali dengan insersi genom viral
ke dalam inang DNA. Walaupun transmisi dihasilkan melalui partikel infektif,
namun Lentivirus mampu menginfeksi sel tetangga yang kontak secara langsung
dengan sel inang, tanpa membentuk partikel ekstraselluler (Buchschacher et al., 2000).
2. Strategi pembuatan vektor Lentivirus untuk terapi gen
Lentivirus
mempunyai kemampuan untuk menginfeksi sel yang berproliferasi maupun tidak
berproliferasi. Ekspresi transgen diatur oleh promoter Cytomegalovirus yang
direkayasa secara internal dan inaktif. Hal ini dapat menyebabkan respon
inflamatori pada saat injeksi vektor ke sel target (Buchschacher, et al., 2000)
Lentivirus
mempunyai karakteristik periode inkubasi yang lama. Virus ini mampu mengirimkan
sejumlah informasi genetik secara signifikan ke dalam DNA sel inang, sehinggga
menjadi salah satu metode yang efisien untuk vektor terapi gen. Beberapa contoh
Lentivirus antara lain HIV (Human Immunodeficiency virus), SIV (Simian
Immunodeficiency Virus), dan FIV (Feline Immunodeficiency Virus). Vektor
lentiviral HIV telah diuji keamanannya, dengan proses penghilangan gen-gen
regulatori yang bersifat non-esensial, sehingga terbentuk mutan vpr dan vif
yang mampu menginfeksi neuron, sel otot, dan sel hati (Schmidt, 1999).
HIV tipe I
(HIV-1), dalam pengembangannya sebagai vektor dan pengemasan cell line lebih sulit dibandingkan retovirus onkogenik
yang lain. Hal ini disebabkan propagasi HIV-1 tidak hanya membutuhkan protein Gag, Pol, dan Env, tetapi juga gen tat dan rev. Pengemasan cell line yang sulit juga disebabkan oleh toksisitas dari HIV-1
yang tinggi. Oleh sebab itu, berbagai vektor HIV-1 dikonstruksi melalui penghilangan
gen env pada genom viral, dan menggantinya dengan insert berupa marker gen yang diekspresikan oleh promoter viral
heterolog internal. Konstruksi ini menghasilkan ekpresi semua gen HIV, kecuali
env, sehingga selubung viral berperan dalam propagasi vektor. Penggunaan
glikoprotein selubung HIV memungkinkan vektor ditargetkan pada limfosit T
helper, tetapi terbatas pada sel yang tidak dapat terinfeksi dan menghasilkan
konsentrasi titer yang rendah.(Anson, 2004)
Protein selubung viral Retrovirus yang lain mampu
menggantikan selubung HIV, antara lain glikoprotein selubung MLV amfotropik
atau G-protein virus stomatitis vesikuler (VSV-G) yang mampu menginfeksi
berbagai tipe sel. Penggunaan VSV-G juga menghasilkan jumlah vektor yang lebih
tinggi dengan kestabilan partikel vektor virus yang lebih tinggi. Kedua virus tersebut
merupakan onkoretroviral vektor yang semua gen viralnya (sekuen trans)
dihilangkan. Bagian yang tertinggal hanyalah sekuen cis yang penting saja. Gen
marker diekspresikan secara langsung dari LTR HIV atau dari promoter internal.
Ekspresi gen yang direkayasa dari LTR HIV (contohnya gen tat) memungkinkan
ekspresi gen untuk berada pada sel yang mengekpresikan Tat secara spesifik.
Namun penggunaan promoter internal meningkatkan tipe sel yang dapat
diekspresikan gen marker (Machida, 2003).
Untuk
membuat vektor terapi gen lentiviral, gen terapeutik diklon pada sekuen vektor
yang dibatasi oleh LTR dan ψ sekuen pada HIV. LTR berperan penting untuk
integrasi gen terapeutik ke dalam genom sel traget pada kromosom, seperti LTR
dalam HIV berintegrasi dengan kopi DNA untai ganda dari virus. Sekuen ψ berperan
sebagai sekuen signal pengemasan RNA dengan gen terapeutik di dalam virion.
Protein viral yang membuat selubung virus berperan penting dalam pengemasan cell line. Namun protein ini tidak
berada pada sekuen LTR dan sekuen ψ, sehingga tidak terkemas di dalam virion. Akibatnya
partikel virus yang dihasilkan mempunyai replikasi yang rendah dan vektor tidak
mampu meneruskan infeksi ke inang dan mengekspresikan protein terapeutiknya
(Anson, 2004).
Vektor Lentivirus sangat berguna untuk
mempelajari siklus tunggal replikasi HIV dan mempelajari penyusunan sistem
vektor yang lebih baik dibandingkan onkoretroviral. Keuntungan vektor
Lentiviral yaitu efisiensi infeksi yang tinggi pada sel yang membelah maupun
tidak membelah, ekspresi transgen yang stabil dalam jangka waktu yang lama, dan
immunogenisitas yang rendah. Nmun karena tidak terdapat pengemasan cell line untuk HIV, maka propagasi vektor tergantung pada
kotransfeksi vektor dan konstruksi plasmid DNA helper. Sehingga kelemahan vektor
ini jumlah titer yang dihasilkan lebih rendah dan meningkatkan resiko untuk
membentuk rekombinan virus replikasi-kompeten (Buchschacher, et al., 2000)