Thursday 5 March 2015

Aplikasi Neural Stem Sel untuk Terapi Penyakit Neurologis



Pendahuluan
Penyakit neurologis merupakan proses kerusakan sel pada neuron dan sumsum tulang yang bersifat irreversible, karena sel tidak mampu mengalami regenerasi secara spontan. Berbagai kendala dalam penyembuhan penyakit neurologis antara lain disebabkan kompleksitas struktur dan fungsi sistem saraf pusat dewasa. Sistem saraf pusat merupakan muara dari berbagai sel yang berpotensi mengalami regenerasi, namun sistem saraf pusat tidak selalu  mampu mengendalikan keseluruhan sel tersebut secara efektif.
Kajian biologis mengenai neural stem sel menunjukkan adanya potensi penggunaan neural stem sel untuk terapi penyakit neurologis. Neural stem sel dapat dijadikan sebagai sumber tanpa batas dari kultur sel neuron dan glia untuk kebutuhan terapi, terkait dengan  kemampuan restoratif dan multipotensialitasnya. Pendekatan terapeutik untuk penyakit neurologis dengan cara meningkatkan jumlah dan fungsi regenerasi sel secara endogenus atau introduksi sel teregenerasi ke penderita penyakit neurologis melalui transplantasi. Transplantasi neural stem sel sebagai cara untuk mengganti sel yang rusak atau hilang pada sistem saraf pusat.  Neural stem sel dan prekursor sel neural dapat diisolasi dari sistem saraf pusat embrionik atau dewasa, dan aman untuk dibiakkan secara kimiawi dalam media kultur untuk periode jangka panjang.
Data dari beberapa penelitian terbaru menunjukkan adanya efek positif dari transplantasi neural stem sel terhadap hewan percobaan, antara lain penghilangan inflamasi, melindungi sel saraf dari degenerasi, dan meningkatkan proses penyembuhan endogenus. Efek positif dari transplantasi neural stem sel ditunjukkan melalui penelitian terhadap beberapa hewan percobaan untuk terapi berbagai penyakit neurologis seperti stroke, cidera sumsum tulang, penyakit Huntington, Parkinson, Multiple Sclerosis (MS), dan Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS). Penelitian terbaru berupa mekanisme reparasi menunjukkkan hasil dan prospek yang baik dalam penyembuhan penyakit neurologis. Pengembangan potensi neural stem sel untuk terapi penyakit neurologis meliputi empat aspek penting yang akan dijelaskan sebagai berikut.

Transplantasi neural stem sel untuk mengganti sel degeneratif
Disfungsi neurologis dalam sistem saraf pusat pada umumnya disebabkan terjadinya kerusakan atau degenerasi sel, dan dapat menyebabkan sel tersebut hilang. Terapi neural stem sel bertujuan untuk mengganti sel atau jaringan yang rusak atau hilang. Prinsip dasar dalam penggantian sel merupakan perlekatan generasi sel yang terspesialisasi secara spesifik untuk setiap penyakit neurologis.
 Indikasi awal bahwa sel otak memungkinkan untuk dilakukan penggantian didapatkan dari hasil percobaan terhadap hewan model yang menderita Parkinson. Data percobaan pencangkokkan secara intrastriatal terhadap fetal Rodentia dan Primata menunjukkan, neuron dopaminergis yang berasal dari Mesencephalon ventral mampu melakukan kontak sinapsis dan mampu melepasakan dopamine, serta mengurangi simptom Parkinson. Pengujian klinis pada transplantasi jaringan Mesencephalon fetus manusia terhadap pasien Parkinson sejak tahun 1987, menunjukkan peningkatan kesembuhan pada beberapa pasien. Studi awal tersebut mendorong para peneliti untuk mengakaji lebih jauh mengenai sisi aktif pencangkokan yang optimum, dosis sel yang dicangkokkan, rejeksi cangkok, dan berbagai efek lain yang muncul.
Pada perkembangan penelitian mengenai terapi Parkinson diketahui bahwa jaringan Mesencephalon fetus bukan merupakan sumber neuron dopamine yang memadai untuk dapat ditransplantasikan. Hal ini kurang bersesuaian dengan prinsip etika biomedis, sebab dibutuhkan empat fetus untuk terapi setiap pasien . Sehingga perlu dikembangkan metode yang mampu menunjukkan secara spesifik neuron yang dapat secara selektif dibiakkan dari neural stem sel dewasa. Sampai pada perkembangan selanjutnya, diketahui bahwa stem sel dari jaringan non neural dapat mengalami transdiferensiasi menjadi progeni sel neural. Selain itu, sel stroma sumsum tulang juga dapat digunakan sebagai marker neural, walaupun tidak sepenuhnya mampu melakukan semua fungsi neuronal.
Penelitian terbaru menunjukkan sumber generasi massa sel dari sel neural yang terspesialisasi adalah stem sel embrionik. Melalui prekondisi yang memadai dalam kultur, stem sel embrionik manusia dan mencit dapat ditumbuhkan secara in vitro. Stem sel embrionik juga dapat digunakan untuk membiakkkan kultur yang diperkaya dengan sel dopaminergis, neuron motorik, oligodendrosit, dan sel retina.
Stem sel neuron mencit yang membentuk neuron motorik, mampu membentuk sinapsis fungsional dengan serat otot dan membentuk akson ke arah ventral, setelah neural stem sel ditransplantasikan ke motoneuron yang terluka pada mencit dewasa. Pembiakan dari stem sel embrionik untuk generasi neuron dopaminergis manusia dapat dilakukan secara in vitro.  Namun terdapat  kendala dalam pencangkokan terhadap hewan percobaan, antara lain rendahnya ketahanan sel yang ditransplantasikan. Hal ini merupakan kendala utama dalam aplikasi terapi sel untuk penyakit Parkinson. 
Penyakit Huntington juga merupakan salah satu penyakit yang menjadi target aplikasi neural stem sel . Penyakit Huntington merupakan penyakit degeneratif lokal yang melibatkan sistem neuronal yang spesifik. Ketahanan generasi sel asam  γ-aminobutirat-ergis lebih baik dibandingkan dengan sel dopaminergis dalam percobaan klinis stem sel embrionik manusia, sehingga mampu membentuk progenitor neuronal dan berkembang lebih cepat dalam proses terapi.
Terapi penggantian sel untuk penyakit stroke atau cidera sumsum tulang belakang  merupakan tantangan besar karena stem sel neural harus mengganti sejumlah tipe sel saraf, menginduksi remielinasi akson, dan memperbaiki lintasan saraf. Penelitian terbaru menunjukkan neural stem sel dari fetus manusia yang ditransplantasikan ke otak Rodentia yang menderita stroke, mampu bertahan, bermigrasi, dan berdiferensiasi menjadi berbagai tipe neuron dan glia.
Penyakit neurologis yang lain seperti MS tidak terbatas pada kondisi patologis  suatu sisi atau sistem. Hal ini menjadi pertimbangan penting untuk menentukan pencangkokan sel yang sesuai. Dalam terapi MS, target yang tepat adalah sel bermielin, yang apabila ditransplantasikan secara efisien, akan terjadi remielinasi sel fokal yang rusak karena demielinasi. MS merupakan penyakit multifokal kronis yang membutuhkan penelitian klinis lebih lanjut melalui Experimental Autoimmmune Encephalomyelitis (EAE). Prekursor sel neural dikultur dalam bentuk neurosphere, yang mampu bertahan pada jangka panjang dalam organ ventrikuler hewan dan merespon induksi dalam EAE untuk bermigrasi dalam saluran neural dan berintegrasi dengan jaringan. Oleh sebab itu, transplantasi sel intrathecal dan intraventrikuler merupakan pendekatan yang cukup memadai untuk pencangkokan sel karena membawa sel mendekati periventrikular dan traktus spinalis yang bertanggung jawab untuk penyakit MS. Sel neural yang ditransplantasikan dapat bermigrasi ke sisi aktif penyakit ke arah yang ditandai dengan inflamasi. Fraksi kecil suplai neural stem sel secara intravena mungkin dapat melewati barrier darah  otak menuju sisi aktif penyakit. Progenitor oligodendrosit manusia yang ditransplantasikan mampu menginduksi mielinasi secara luas pada hewan model yang menderita penyakit demielinasi. Sistem saraf pusat yang berkembang memberikan lingkungan yang lebih permisif untuk migrasi sel dan remielinasi. Penelitian ini menunjukkan neural stem sel dapat menginduksi remielinasi akson yang mengalami demielinasi dalam EAE.
Penyakit degeneratif yang lain pada sistem saraf pusat dewasa seperti pada penyakit Alzheimer dan ALS mempunyai keterbatasan komponen inflamatori dan lingkungan yang tidak permisif untuk proses regeneratif. Oleh sebab itu, prospek terapeutik penggantian sel, migrasi sel yang tepat, dan integrasi ke lintasan neural yang ada harus dapat dikendalikan. 

Penutup
Secara prinsip, faktor penting dalam terapi penggantian sel adalah tahap perkembangan yang optimal dari sel yang ditransplantasikan. Sel yang akan ditransplantasikan harus sesuai dengan spesialisasi sel traget dan mempunyai plastisitas terhadap prekursornya, hal ini penting untuk integrasi dalam sistem saraf pusat secara efektif.